Laporan Analisis Struktur Modal dan Manajemen Modal Kerja Perusahaan Primarindo Asia Infrastructure Tbk.

November 24, 2009

PROFIL PERUSAHAAN

PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk. didirikan di Bandung berdasarkan Akta No. 7 tanggal 1 Juli 1988 dan Notaris Nany Sukarja,  S. H. Akta Pendirian Perusahaan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-9967-HT.01.01.TH 1988 tanggal 31 Oktober 1988 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 53 tanggal 2 Juli 1991, tambahan No. 1851. Anggaran Dasar Perusahaan mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 16 tanggal 23 Juni 1999 dari Notaris Raharti Sudjardjati, SH, mengenai ketentuan jabatan komisaris dan direksi perusahaan. Akta perubahan ini telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia sesuai Surat keputusan No. C-1183-HT.01.04.TH.2000 tanggal 2 Februari 2000.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi bidang usaha infrastruktur dan industri. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada tanggal 1 Oktober 1989. Kegiatan perusahaan dari sejak pendirian sampai saat ini meliputi industri alas kaki, khususnya produksi sepatu olah raga dan yang berhubungan dengan pengolahan bahan-bahan dasar pembuatan sepatu olah raga tersebut. Perusahaan menerima pesanan dari dan memproduksi sepatu untuk merk seperti YK, FOS International, Jason/Dockers dan Samji.

Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan pabrik berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Kantor pusat perusahaan beralamat di Gedung Dana Pensiun – Bank Mandiri Lt. 3A,Jl. Tanjung Karang No. 3-4A, Jakarta. Jumlah karyawan perusahaan sebanyak 3.624 karyawan pada tahun 2008 dan sebanyak 3.294 karyawan pada tahun 2009.

Saham perusahaan dari akhir tahun 2004 ke 2005 mengalami penurunan dari harga 1175 menjadi 1150. Pada akhir tahun 2005-2006, saham perusahaan konstan pada harga 1150. Sedangkan akhir tahun 2006 ke 2007 mengalami penurunan harga dari 1150 menjadi 900, dan harga 900 tetap bertahan sampai akhir tahun 2008.

Debt to equity ratio perusahaan ini dari tahun 2004-2008 selalu di atas 100%, hal ini membuktikan bahwa perusahaan mendanai aktivitasnya dengan mengutamakan hutang. Pada tahun 2005, perusahaan menggunakan hutang yang sangat  besar untuk kegiatan operasi perusahaan, hingga debt to equity rationya mencapai 512,90%. Setelah mengurangi jumlah hutangnya pada tahun 2006 dan 2007, perusahaan kembali meningkatkan jumlah hutangnya pada tahun 2008 hingga debt to equity rationya 496, 10%.

ANALISIS

  1. A. Analisis Hubungan Antara Struktur Modal Kerja Dengan Nilai Perusahaan PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk.

Melihat data debt to equity ratio di atas, menunjukkan bahwa pembiayaan aset perusahaan sebagian  besar berasal dari hutang. Hal ini dikarenakan debt to equity ratio lebih dari 100%.  Dengan pemenuhan aset perusahaan melalui hutang, dan terus-menerus tidak dapat membiayai asetnya dengan modal sendiri, maka saham perusahaan tersebut juga mengalami penurunan terus-menerus. Karena hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki resiko yang tinggi untuk beroperasi.

Hutang dan modal merupakan bahasan utama dari pengambilan keputusan struktur modal. Pemanfaatan modal yang efisien akan menekan biaya modal, yang kemudian meningkatkan ekonomi neto dan selanjutnya akan meningkatkan nilai perusahaan (saham perusahaan).

Untuk menganalisis hubungan antara struktur modal dengan nilai perusahaan, maka perlu teori struktur modal. Teori struktur modal tersebut antara lain.

  1. Model Modigliani-Miller (MM) Tanpa Pajak

Menurut model ini, nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal. Model ini menekankan bagaimana perusahaan menjalankan bisnisnya, bukan menekankan pada bagaimana perusahaan mendapatkan dana untuk melakukan kegiatan operasi.

Hal ini dapat dilihat dari tabel di atas, pada tahun 2005, jumlah pendanaan dari hutang meningkat dan nilai perusahaan ikut meningkat. Pada tahun 2006, jumlah hutang untuk pendanaan turun, tetapi nilai perusahaan (harga saham) tetap sama. Pada tahun 2007, jumlah hutang untuk pendanaan turun kembali, tetapi nilai perusahaan justru mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2008, perusahaan mengambil keputusan untuk menambah hutangnya, dengan kondisi yang seperti ini, nilai perusahaan (saham perusahaan) tetap konstan pada harga 900. Dengan hal ini, menunjukkan bahwa nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal, tetapi bergantung dari kinerja perusahaan.

  1. Model Modigliani-Miller (MM) Dengan Pajak

Pada tahun 1977, dalam Journal of Finance volume 32 nomor 2 tahun 1977 dengan judul Debt and Taxes, Miller mengemukakan sebuah model yang memperhitungkan pajak perorangan (Ogden, Jen, and O’Connor, 2003:172). Dalam model ini, ada dua kemungkinan perpajakan, yang pertama pajak perorangan atas ekuitas atau pendapatan dividen dan pajak atas hutang atau pendapatan bunga. Dengan demikian, maka terjadi pajak ganda yang dikenakan atas pendapatan ekuitas yang diterima oleh investor. Laba perusahaan dikenai pajak perseroan sebelum membagikan dividen kepada investor. Setelah dividen diterima investor, akan dikenai pajak perorangan. Dengan demikian, penggunaan hutang untuk pendanaan akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak.

  1. Agency Costs

Agency costs atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditor. Jika perusahaan terlalu banyak dalam menggunakan hutang untuk operasi perusahaan, ada kemungkinan juga pemilik perusahaan menggunakan hutang, selain itu ada kemungkinan pemilik perusahaan melakukan tindakan yang merugikan kreditor. Sehingga, dengan keadaan yang demikian, nilai perusahaan akan mengalami penurunan.

  1. Signaling Effects (Teori Informasi Tidak Simetris)

Dalam hal ini, manajer dan pemegang saham tidak memiliki informasi yang sama. Ada informasi yang hanya diketahui manajer dan tidak diketahui oleh pemegang saham. Jadi ada informasi yang tidak simetri antara pemegang saham dan manajer. Akibatnya, jika struktur modal berubah,  akan membawa informasi ke pemegang saham yang mengakibatkan nilai perusahaan berubah. Dengan demikian terjadi pertanda (signaling).

Berdasarkan grafik di atas, perusahaan memutuskan untuk berhutang dan ini menjadi pertanda bagi pemegang saham dan investor tentang prospek ke depan akan meningkat. Hal ini dikarenakan penambahan hutang berarti keterbatasan arus kas dan biaya-biaya beban juga meningkat, dan manajer hanya akan berani berhutang banyak bila manajer yakin bahwa perusahaan dapat memenuhi kewajibannya.

  1. B. Analisis Manajemen Modal Kerja Perusahaan
  2. Modal Kerja Perusahaan

Tabel Modal Kerja

Tahun 2004 2005 2006 2007 2008
Gross Working capital 22,508,073,495

 

31,610,227,977

 

53,796,947,148

 

47,185,259,205

 

49,116,326,988

 

Net Working Capital -37,207, 466,099

 

-41,785, 702,588

 

-43,560, 424,087

 

-31,224, 771,988

 

-50,856, 110,548

 

Net Operational Working Capital 920,311, 111

 

-12,866, 514,176

 

-18,914, 155,182

 

-29,864, 285,658

 

-41,515, 932,516

 

Modal kerja dapat dilihat dari modal kerja bersih (net working capital). Modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar, untuk membiayai kegiatan usaha. PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk, mempunyai modal kerja bersih dari tahun 2004-2008 selalu negatif, sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan ini memiliki tingkat hutang lancar yang tinggi untuk membiayai kegiatan usahanya.

Dari tabel di atas, PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk.  pada tahun 2004-2006 memiliki kewajiban lancar yang terus meningkat untuk membiayai kegiatan usahanya, sehingga net working capital menunjukkan angka negatif yang terus meningkat. Pada tahun 2007, kewajiban lancar menurun, sedangkan tahun 2008 kewajiban lancar meningkat kembali karena net working capital meningkat dan kenaikannya sungguh signifikan yaitu dari -31,224,771,988 menjadi                       -50,856,110,548. Dengan demikian, perusahaan ini dapat dikatakan kinerja perusahaan semakin memburuk karena kewajiban lancar untuk membiayai kegiatan usaha terus meningkat. Dan hal ini akan berdampak pada kebangkrutan jika perusahaan tidak mampu untuk melunasi semua hutang perusahaan.

  1. Cash Conversion Cycle (CCC)

Tabel Cash Conversion Cycle (CCC)

Tahun 2004 2005 2006 2007 2008
Inventory Conversion period 1389.08

 

1425.27

 

1700.51

 

772.44

 

739.97

 

Receivables Collection Period 540.32

 

638.39

 

601.74

 

352.64

 

197.00

 

Payables Deferral Period 366.56

 

701.00

 

566.31

 

760.76

 

841.29

 

CCC 1562.84 1362.66 1735.95 364.33 95.69

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dikatakan bahwa.

  1. Periode Konversi Persediaan (Inventory Conversion period)

Periode ini merupakan rata-rata yang dibutuhkan untuk mengkonversikan bahan baku menjadi barang jadi dan kemudian menjual barang tersebut. Dari perhitungan yang sudah kami buat, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversikan bahan baku menjadi barang jadi hingga barang terjual, pada tahun 2004 membutuhkan waktu 1389 hari. Dari tahun 2004-2006, perusahaan terus mengalami kemunduran periode konversi persediaan. Pada tahun 2005 membutuhkan waktu 1425 hari dan 2006 membutuhkan waktu 1700 hari. Tetapi pada tahun 2007 dan 2008 mengalami kenaikan periode konversi persediaan yaitu 2007 membutuhkan waktu 772 hari dan 2008 membutuhkan waktu 740 hari.

  1. Periode Penerimaan Piutang (receivables conversion period)

Periode ini merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi piutang perusahaan menjadi kas, yaitu untuk menerima kas setelah terjadi penjualan. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dilihat pada tahun 2004, periode penerimaan piutang 540 hari. Pada tahun 2005 mengalami kemunduran dengan periode penerimaan piutang 638 hari, pada tahun 2006-2008 mengalami perbaikan menjadi 602 hari pada tahun 2006, tahun 2007 menjadi  353 hari, dan tahun 2008 menjadi 197 hari. Semakin singkat periode penerimaan piutang maka semakin kecil pula nominal cash conversion cycle yang berarti semakin besar pula dana yang dapat digunakan untuk mendanai biaya operasional perusahaan.

  1. Periode Penangguhan Hutang ( Payables Deferral Period)

Periode ini merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk membeli bahan baku dan pembayaran tenaga kerja. Dari perhitungan yang sudah dibuat, pada tahun 2004 periode penangguhan utang selama 367 hari. Pada tahun 2005 meningkat menjadi 701 hari, pada tahun 2006 mengalami penurunan menjadi 566 hari. Tetapi pada tahun 2007 dan 2008 mengalami penaikan yaitu pada tahun 2007 selama 761 hari dan tahun 2008 selama 841 hari. Semakin besar periode penangguhan hutang, maka semakin baik bagi perusahaan.

  1. Cash Conversion Cycle (CCC)

Berdasarkan perhitungan, maka CCC yang terbaik terjadi pada tahun 2008 yaitu 96 hari, karena semakin kecil CCC, maka semakin baik perusahaan tersebut. Karena tujuan perusahaan adalah mempersingkat siklus konversi kas secepat mungkin tanpat mengganggu operasi. Semakin tinggi CCC, maka akan meningkatkan biaya pendanaan eksternal.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan mengenai struktur modal dengan nilai perusahaan maka di dapat kesimpulan bahwa nilai perusahaan dengan struktur modal memiliki kaitan atau tidak tergantung berdasarkan teori yang mendasarinya.

  1. Menurut “Model Modigliani-Miller (MM) Tanpa Pajak”, nilai perusahaan tidak ada hubungannya dengan struktur modal, karena nilai perusahaan bergantung pada kegiatan operasi perusahaan, bukan pada darimana uang untuk melakukan kegiatan operasi diperoleh.
  2. Menurut “Model Modigliani-Miller (MM) Dengan Pajak”, nilai perusahaan terpengaruh dari pengambilan keputusan dalam struktur modal perusahaan. Pengambilan keputusan untuk berhutang akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bungan hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak.
  3. Menurut “Teori Agency Costs”, nilai perusahaan akan mengalami penurunan ketika perusahaan mengambil keputusan struktur modal untuk berhutang dalam jumlah yang besar dan terus-menerus, seperti yang dilakukan oleh PT Primarindo Asia Infrastruktur Tbk.
  4. Menurut “Teori Signaling Effects (Teori Informasi Tidak Simetris)”, nilai perusahaan akan terpengaruh terhadap pengambilan keputusan struktur modal yang mungkin hanya manajer yang mengetahui mengenai keputusan tersebut. Sehingga, jika keputusan manajer tersebut menguntungkan, maka nilai perusahaan akan meningkat, sedangkan jika keputusan manajer merugikan maka akan mengurangi nilai perusahaan.

Berdasarkan analisis modal kerja perusahaan maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan pasti terjadi siklus konversi kas, dalam perusahaan PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. tahun 2004-2008, maka periode konversi persediaan yang paling baik terjadi pada tahun 2008 yaitu 740 hari, yang berarti perusahaan ini membutuhkan waktu 740 hari untuk mengkonversikan bahan baku menjadi barang jadi dan kemudian menjual barang tersebut. Periode penerimaan piutang yang paling baik terjadi pada tahun  2008 selama 197 hari, yang berarti rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi piutang perusahaan menjadi kas, dan semakin singkat periode ini akan lebih besar dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Periode penangguhan hutang yang paling baik terjadi pada tahun 2008 selama 841 hari, semakin lama periode ini, maka akan semakin baik bagi perusahaan. CCC yang terbaik terjadi pada tahun 2008 yaitu 96 hari, karena semakin kecil CCC, maka semakin baik perusahaan tersebut. Karena tujuan perusahaan adalah mempersingkat siklus konversi kas secepat mungkin tanpat mengganggu operasi. Dengan demikian, modal kerja yang dimiliki PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. dari tahun 2004-2008 yang paling baik adalah tahun 2008. Hal ini berarti modal kerja perusahaan mengalami peningkatan pada tahun 2008.

Analisis Pergerakan Saham PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk.

Oktober 31, 2009

PROFIL PERUSAHAAN

PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk. didirikan di Bandung berdasarkan Akta No. 7 tanggal 1 Juli 1988 dan Notaris Nany Sukarja,  S. H. Akta Pendirian Perusahaan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-9967-HT.01.01.TH 1988 tanggal 31 Oktober 1988 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 53 tanggal 2 Juli 1991, tambahan No. 1851. Anggaran Dasar Perusahaan mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 16 tanggal 23 Juni 1999 dari Notaris Raharti Sudjardjati, SH, mengenai ketentuan jabatan komisaris dan direksi perusahaan. Akta perubahan ini telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia sesuai Surat keputusan No. C-1183-HT.01.04.TH.2000 tanggal 2 Februari 2000.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi bidang usaha infrastruktur dan industri. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada tanggal 1 Oktober 1989. Kegiatan perusahaan dari sejak pendirian sampai saat ini meluputi industri alas kaki, khususnya produksi sepatu olah raga dan yang berhubungan dengan pengolahan bahan-bahan dasar pembuatan sepatu olah raga tersebut. Perusahaan menerima pesanan dari dan memproduksi sepatu untuk merk seperti YK, FOS International, Jason/Dockers dan Samji.

Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan pabrik berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Kantor pusat perusahaan beralamat di Gedung Dana Pensiun – Bank Mandiri Lt. 3A,Jl. Tanjung Karang No. 3-4A, Jakarta. Jumlah karyawan perusahaan sebanyak 3.624 karyawan pada tahun 2008 dan sebanyak 3.294 karyawan pada tahun 2009.

ANALISIS SAHAM PERUSAHAAN

laporan analisis pergerakan harga saham PT PRimarindo Asia Infrastructure

Grafik pergerakan harga saham PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk. mulai dari tanggal 2 Januari 2008 sampai 30 September 2009 tidak mengalami perubahan karena perusahaan tersebut tidak melakukan transaksi saham yang berada di Bursa Efek Indonesia selama periode waktu tersebut. Perusahaan seperti ini sering disebut dengan perusahaan yang sedang tidur. Menurut analisis penulis, hal ini bisa terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut.

  1. Kerugian Perusahaan

Menurut laporan keuangan tahun 2008 PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk. kondisi keuangan perusahaan ini mengalami kerugian sebesar Rp 21.734.768.059,- (Data terlampir). Kondisi keuangan yang seperti ini, dapat mengurangi minat investor untuk membeli saham perusahaan ini. Kondisi keuangan yang seperti ini menandakan bahwa perekonomian perusahaan Primarindo Asia Infrastructure masih belum stabil. Para investor tidak akan mengambil resiko yang terlalu besar dengan menginvestasikan uangnya di perusahaan yang tidak ada kepastian keuntungannya.

2. Produk

Dilihat dari produk yang dihasilkan, perusahaan ini kalah bersaing dengan perusahaan lain yang memproduksi merk terkenal seperti Nike, Fila, Puma, Reebok, Adidas, dan sebagainya yang diminati oleh konsumen di Indonesia. Sehingga, saham dari perusahaan ini pun kurang diminati oleh investor karena prospek perusahaan kurang menguntungkan bagi para investor.

3. Isu

Isu yang berkembang di masyarakat sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan para investor dalam memilih saham. Karena isu yang berkembang di masyarakat merupakan tolok ukur menurut cara pandang para pengamat. Sehingga, hal ini sangat penting untuk mengetahui bagaimana latar belakang kinerja perusahaan tersebut. Misalnya, apa yang pernah terjadi pada perusahaan, keberhasilan perusahaan, kegagalan perusahaan, dan lainnya.  Jika perusahaan diisukan buruk, terutama di bidang perekonomian perusahaan, maka investor akan segera mempertimbangkan untuk tetap bertahan dengan saham perusahaan tersebut atau segera menjual saham tersebut untuk mengurangi resiko terjadinya kerugian.

Dalam TEMPO Interaktif (Selasa, 01 Pebruari 2005 | 13:18 WIB), dituliskan bahwa Bursa Efek Jakarta (BEJ) menghentikan sementara perdagangan (suspend) efek PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. di pasar reguler mulai hari ini. “Dengan demikian, saham perseroan ini hanya dapat diperdagangkan di pasar negosiasi hingga pengumuman lebih lanjut,” papar Yose Rizal, Kepala Divisi Pencatatan Sektor Rill BEJ melalui pengumuman tertulisnya di Jakarta, Selasa (2/1). Penghentian sementara ini dilakukan karena Primarindo Asia belum membayarkan denda yang dikenakan sebesar Rp 50 juta atas keterlambatan menyampaikan laporan keuangan triwulan ketiga 2004. (Jenis perdagangan saham lihat Glosarium)

Berdasarkan pengalaman buruk yang pernah dilakukan oleh perusahaan ini, maka dapat mempengaruhi kinerja sahamnya yang berada di Bursa Efek. Karena sebelum investor memutuskan untuk membeli saham, mereka akan mencari tahu bagaimana sejarah dan perkembangan perekonomian dari perusahaan tersebut terlebih dahulu. Jika perusahaan pernah melakukan suatu kesalahan yang berdampak besar dan perusahaan tidak mampu memberikan progress yang signifikan, maka perusahaan tersebut akan kehilangan kepercayaan dari para investor dan masyarakat. Seperti halnya PT Primarindo Asia Infratructure, setelah adanya kesalahan tersebut, perusahaan masih mengalami kerugian dalam aktivitas operasi perusahaan. Sehingga, investor pun tidak akan mengambil resiko kerugian dengan membeli saham di perusahaan yang memiliki kondisi seperti ini.

4. Tidak Ada Kesepakatan Transaksi

Kesepakatan transaksi akan tercapai jika pembeli dan penjual saham menyepakati suatu harga tertentu sehingga terjadi kesepakatan harga dari kedua belah pihak. Sedangkan dari grafik dapat dilihat bahwa PT Primarindo Asia Infrastructure tidak ada volume transaksi saham, sehingga tidak pernah ada kesepakatan transaksi. Ada spekulasi bahwa PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. ingin menjual sahamnya dengan harga yang cukup tinggi dengan kondisi perusahaan yang agak buruk tersebut. Sedangkan investor tidak ingin membeli saham perusahaan yang agak buruk dengan harga minimum yang ditetapkan perusahaan. Sehingga, tidak ada kesepakatan antara keduanya dan tidak ada transaksi.

5. Bencana Global

Bencana global sangat berpengaruh terhadap pergerakan bursa saham. Bencana global merupakan bencana yang dapat mempengaruhi kegiatan bursa efek, misalnya krisis global, flu babi, dan lainnya. Dalam Vivanews hari Selasa, 28 April 2009 diberitakan bahwa flu babi mengganggu pergerakan bursa di Asia, termasuk berpengaruh terhadap melemahnya indeks harga saham gabungan (IHSG) di Indonesia. Dengan demikian, investor juga akan mempertimbangkan untuk tidak memilih saham perusahaan PT Primarindo Asia Infratructure Tbk. dalam menginvestasikan uangnya karena hal itu akan membawa dampak yang buruk bagi investor. Dengan pertimbangan, menurunnya IHSG, berarti ada beberapa perusahaan besar yang mengalami penurunan harga saham. Jika perusahaan besar terpengaruh terhadap bencana global tersebut, apalagi perusahaan kecil seperti PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk.

6. Pernyataan dari Perusahaan Lain

Pernyataan dari perusahaan lain juga berpengaruh terhadap perusahaan. Karena perusahaan lain akan memberikan pernyataan yang sesuai dengan kerjasama yang sudah dilakukan dengan perusahaan yang bersangkutan.

Suara Karya (Rabu, 11 April 2007) menuliskan bahwa Bursa Efek Jakarta, Selasa, memutuskan untuk menghentikan sementara (suspense) atas perdagangan saham PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) di seluruh pasar pada sesi pertama perdagangan, 10 April 2007. Menurut Kepala Divisi Perdagangan BEJ Suspandi, suspense tersebut dilakukan sehubungan dengan gugatan pailit dari PT Coast Rejo Indonesia (CRI) terhadap PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. “Bursa sedang meminta penjelasan tertulis kepada perseroan terkait penjelasan rinci tentang penyebab serta upaya-upaya yang dilakukan perseroan tercatat untuk menyelesaikan permasalahnya dengan kreditur,”ujarnya. Bursa meminta pihak-pihak yang berkepentingan terhadap efek perseroan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh peseroan.

Dengan adanya pernyataan tersebut, akan menjadikan pertimbangan tersendiri untuk tidak berinvestasi pada saham PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. Sehingga tidak ada investor yang membeli saham perusahaan yang terkait.

B. Nilai Tertinggi, Terendah, Rerata, dan Standar Deviasi

Berdasarkan data pada tanggal 2 Januari 2008 – 30 September 2009, maka dapat dihasilkan perhitungan sebagai  berikut:

  1. Nilai Tertinggi, Terendah, dan Rerata

Nilai tertinggi(high, low, closing price) = 900

Nilai terendah(high, low, closing price) = 900

Rerata (high, low, closing price) = 900

Nilai tertinggi, terendah, dan rerata (volume) = 0

Nilai tertinggi menunjukkan nilai yang paling tinggi diantara transaksi saham yang pernah dilakukan dalam periode waktu tertentu. Nilai terendah menunjukkan nilai yang paling rendah diantara transaksi saham yang pernah dilakukan dalam periode waktu tertentu. Rerata menunjukkan nilai rata-rata dari transaksi saham yang pernah dilakukan dalam periode waktu tertentu.  Karena perusahaan dalam periode waktu 2 Januari 2008 – 30 September 2009 tidak melakukan transaksi saham, maka nilai tertinggi, terendah, dan rerata volume transaksi pada periode tersebut adalah  0 (nol), karena volume transaksi merupakan jumlah transaksi yang terjadi per harinya. Sedangkan nilai tertinggi, terendah, dan rerata untuk harga tertinggi, harga terendah, dan harga penutupan saham tetap sama, yaitu 900, karena tidak ada tawar menawar harga yang menimbulkan kesepakatan harga baru.

2. Standar Deviasi

Standar deviasi merupakan properti data yang menggambarkan keragaman suatu kumpulan data. Berdasarkan data pergerakan saham PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk.  dari 2 Januari 2008 – 30 September 2009, maka diperoleh standar deviasi:

S high price = 0

S low price = 0

S closing price = 0

S volume  transaksi = 0

Hasil perhitungan standar deviasi ini menunjukkan bahwa tidak ada keragaman data pada pergerakan harga saham dan volume transaksi PT Primarindo Asia Infrastructure pada periode tersebut.  Hal ini terjadi karena perusahaan ini tidak melakukan transaksi saham.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 2 Januari 2008 – 30 September 2009 PT Primarindo Asia Infratructure Tbk. tidak ada pergerakan harga saham karena tidak pernah terjadi transaksi saham perusahaan.

GLOSARIUM

BEJ menggolongkan perdagangan Saham dalam 3 segmen pasar :

  • Pasar Reguler : Pasar Reguler adalah pasar dimana perdagangan Efek di Bursa dilaksanakan berdasarkan proses tawar-menawar secara lelang yang berkesinambungan (continuous auction market) oleh Anggota Bursa Efek melalui JATS dan penyelesaiannya dilakukan pada Hari Bursa ke-3 setelah terjadinya Transaksi Bursa (T+3).
  • Pasar Negosiasi : Pasar Negosiasi adalah pasar dimana perdagangan Efek di Bursa dilaksanakan berdasarkan tawar menawar langsung secara individual dan tidak secara lelang yang berkesinambungan (Non Continuous Auction Market) dan penyelesaiannya dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan Anggota Bursa Efek.
  • Pasar Tunai : Pasar Reguler Tunai (Pasar Tunai) adalah pasar dimana perdagangan Efek diBursa dilaksanakan berdasarkan proses tawar-menawar secara lelang yang berkesinambungan (continuous auction market) oleh Anggota Bursa Efek melalui JATS (Jakarta Automated Trading System) dan penyelesaiannya dilakukan pada Hari Bursa yang sama dengan terjadinya Transaksi Bursa (T+0).

investor

Agustus 22, 2009

Dalam dunia keuangan, investor merujuk pada perorangan ataupun perusahaan yang, secara tetap, melakukan pembelian saham, obligasi, ataupun surat berharga lainnya untuk memperoleh suatu keuntungan finansial untuk digunakan sebagai pembiayaan ataupun pengembangan perusahaan.(wikipedia)

“investor” juga digunakan untuk menyebutkan seseorang yang melakukan pembelian properti, mata uang, komoditi, rumah tinggal ataupun aset lainnya dengan suatu tujuan untuk memperoleh keuntungan dan bukan merupakan profesinya serta hanya untuk suatu jangka pendek saja.(wikipedia)

Dengan pengertian investor di atas, kami memberi nama kelompok kami dengan “investor” karena kami berharap suatu saat nanti kita bisa menjadi para investor yang sukses…