PROFIL PERUSAHAAN
PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk. didirikan di Bandung berdasarkan Akta No. 7 tanggal 1 Juli 1988 dan Notaris Nany Sukarja, S. H. Akta Pendirian Perusahaan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-9967-HT.01.01.TH 1988 tanggal 31 Oktober 1988 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 53 tanggal 2 Juli 1991, tambahan No. 1851. Anggaran Dasar Perusahaan mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 16 tanggal 23 Juni 1999 dari Notaris Raharti Sudjardjati, SH, mengenai ketentuan jabatan komisaris dan direksi perusahaan. Akta perubahan ini telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia sesuai Surat keputusan No. C-1183-HT.01.04.TH.2000 tanggal 2 Februari 2000.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi bidang usaha infrastruktur dan industri. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada tanggal 1 Oktober 1989. Kegiatan perusahaan dari sejak pendirian sampai saat ini meliputi industri alas kaki, khususnya produksi sepatu olah raga dan yang berhubungan dengan pengolahan bahan-bahan dasar pembuatan sepatu olah raga tersebut. Perusahaan menerima pesanan dari dan memproduksi sepatu untuk merk seperti YK, FOS International, Jason/Dockers dan Samji.
Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan pabrik berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Kantor pusat perusahaan beralamat di Gedung Dana Pensiun – Bank Mandiri Lt. 3A,Jl. Tanjung Karang No. 3-4A, Jakarta. Jumlah karyawan perusahaan sebanyak 3.624 karyawan pada tahun 2008 dan sebanyak 3.294 karyawan pada tahun 2009.
Saham perusahaan dari akhir tahun 2004 ke 2005 mengalami penurunan dari harga 1175 menjadi 1150. Pada akhir tahun 2005-2006, saham perusahaan konstan pada harga 1150. Sedangkan akhir tahun 2006 ke 2007 mengalami penurunan harga dari 1150 menjadi 900, dan harga 900 tetap bertahan sampai akhir tahun 2008.
Debt to equity ratio perusahaan ini dari tahun 2004-2008 selalu di atas 100%, hal ini membuktikan bahwa perusahaan mendanai aktivitasnya dengan mengutamakan hutang. Pada tahun 2005, perusahaan menggunakan hutang yang sangat besar untuk kegiatan operasi perusahaan, hingga debt to equity rationya mencapai 512,90%. Setelah mengurangi jumlah hutangnya pada tahun 2006 dan 2007, perusahaan kembali meningkatkan jumlah hutangnya pada tahun 2008 hingga debt to equity rationya 496, 10%.
ANALISIS
- A. Analisis Hubungan Antara Struktur Modal Kerja Dengan Nilai Perusahaan PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk.
Melihat data debt to equity ratio di atas, menunjukkan bahwa pembiayaan aset perusahaan sebagian besar berasal dari hutang. Hal ini dikarenakan debt to equity ratio lebih dari 100%. Dengan pemenuhan aset perusahaan melalui hutang, dan terus-menerus tidak dapat membiayai asetnya dengan modal sendiri, maka saham perusahaan tersebut juga mengalami penurunan terus-menerus. Karena hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki resiko yang tinggi untuk beroperasi.
Hutang dan modal merupakan bahasan utama dari pengambilan keputusan struktur modal. Pemanfaatan modal yang efisien akan menekan biaya modal, yang kemudian meningkatkan ekonomi neto dan selanjutnya akan meningkatkan nilai perusahaan (saham perusahaan).
Untuk menganalisis hubungan antara struktur modal dengan nilai perusahaan, maka perlu teori struktur modal. Teori struktur modal tersebut antara lain.
- Model Modigliani-Miller (MM) Tanpa Pajak
Menurut model ini, nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal. Model ini menekankan bagaimana perusahaan menjalankan bisnisnya, bukan menekankan pada bagaimana perusahaan mendapatkan dana untuk melakukan kegiatan operasi.
Hal ini dapat dilihat dari tabel di atas, pada tahun 2005, jumlah pendanaan dari hutang meningkat dan nilai perusahaan ikut meningkat. Pada tahun 2006, jumlah hutang untuk pendanaan turun, tetapi nilai perusahaan (harga saham) tetap sama. Pada tahun 2007, jumlah hutang untuk pendanaan turun kembali, tetapi nilai perusahaan justru mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2008, perusahaan mengambil keputusan untuk menambah hutangnya, dengan kondisi yang seperti ini, nilai perusahaan (saham perusahaan) tetap konstan pada harga 900. Dengan hal ini, menunjukkan bahwa nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal, tetapi bergantung dari kinerja perusahaan.
- Model Modigliani-Miller (MM) Dengan Pajak
Pada tahun 1977, dalam Journal of Finance volume 32 nomor 2 tahun 1977 dengan judul Debt and Taxes, Miller mengemukakan sebuah model yang memperhitungkan pajak perorangan (Ogden, Jen, and O’Connor, 2003:172). Dalam model ini, ada dua kemungkinan perpajakan, yang pertama pajak perorangan atas ekuitas atau pendapatan dividen dan pajak atas hutang atau pendapatan bunga. Dengan demikian, maka terjadi pajak ganda yang dikenakan atas pendapatan ekuitas yang diterima oleh investor. Laba perusahaan dikenai pajak perseroan sebelum membagikan dividen kepada investor. Setelah dividen diterima investor, akan dikenai pajak perorangan. Dengan demikian, penggunaan hutang untuk pendanaan akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak.
- Agency Costs
Agency costs atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditor. Jika perusahaan terlalu banyak dalam menggunakan hutang untuk operasi perusahaan, ada kemungkinan juga pemilik perusahaan menggunakan hutang, selain itu ada kemungkinan pemilik perusahaan melakukan tindakan yang merugikan kreditor. Sehingga, dengan keadaan yang demikian, nilai perusahaan akan mengalami penurunan.
- Signaling Effects (Teori Informasi Tidak Simetris)
Dalam hal ini, manajer dan pemegang saham tidak memiliki informasi yang sama. Ada informasi yang hanya diketahui manajer dan tidak diketahui oleh pemegang saham. Jadi ada informasi yang tidak simetri antara pemegang saham dan manajer. Akibatnya, jika struktur modal berubah, akan membawa informasi ke pemegang saham yang mengakibatkan nilai perusahaan berubah. Dengan demikian terjadi pertanda (signaling).
Berdasarkan grafik di atas, perusahaan memutuskan untuk berhutang dan ini menjadi pertanda bagi pemegang saham dan investor tentang prospek ke depan akan meningkat. Hal ini dikarenakan penambahan hutang berarti keterbatasan arus kas dan biaya-biaya beban juga meningkat, dan manajer hanya akan berani berhutang banyak bila manajer yakin bahwa perusahaan dapat memenuhi kewajibannya.
- B. Analisis Manajemen Modal Kerja Perusahaan
- Modal Kerja Perusahaan
Tabel Modal Kerja
Tahun | 2004 | 2005 | 2006 | 2007 | 2008 |
Gross Working capital | 22,508,073,495
|
31,610,227,977
|
53,796,947,148
|
47,185,259,205
|
49,116,326,988
|
Net Working Capital | -37,207, 466,099
|
-41,785, 702,588
|
-43,560, 424,087
|
-31,224, 771,988
|
-50,856, 110,548
|
Net Operational Working Capital | 920,311, 111
|
-12,866, 514,176
|
-18,914, 155,182
|
-29,864, 285,658
|
-41,515, 932,516
|
Modal kerja dapat dilihat dari modal kerja bersih (net working capital). Modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar, untuk membiayai kegiatan usaha. PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk, mempunyai modal kerja bersih dari tahun 2004-2008 selalu negatif, sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan ini memiliki tingkat hutang lancar yang tinggi untuk membiayai kegiatan usahanya.
Dari tabel di atas, PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. pada tahun 2004-2006 memiliki kewajiban lancar yang terus meningkat untuk membiayai kegiatan usahanya, sehingga net working capital menunjukkan angka negatif yang terus meningkat. Pada tahun 2007, kewajiban lancar menurun, sedangkan tahun 2008 kewajiban lancar meningkat kembali karena net working capital meningkat dan kenaikannya sungguh signifikan yaitu dari -31,224,771,988 menjadi -50,856,110,548. Dengan demikian, perusahaan ini dapat dikatakan kinerja perusahaan semakin memburuk karena kewajiban lancar untuk membiayai kegiatan usaha terus meningkat. Dan hal ini akan berdampak pada kebangkrutan jika perusahaan tidak mampu untuk melunasi semua hutang perusahaan.
- Cash Conversion Cycle (CCC)
Tabel Cash Conversion Cycle (CCC)
Tahun | 2004 | 2005 | 2006 | 2007 | 2008 |
Inventory Conversion period | 1389.08
|
1425.27
|
1700.51
|
772.44
|
739.97
|
Receivables Collection Period | 540.32
|
638.39
|
601.74
|
352.64
|
197.00
|
Payables Deferral Period | 366.56
|
701.00
|
566.31
|
760.76
|
841.29
|
CCC | 1562.84 | 1362.66 | 1735.95 | 364.33 | 95.69 |
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dikatakan bahwa.
- Periode Konversi Persediaan (Inventory Conversion period)
Periode ini merupakan rata-rata yang dibutuhkan untuk mengkonversikan bahan baku menjadi barang jadi dan kemudian menjual barang tersebut. Dari perhitungan yang sudah kami buat, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversikan bahan baku menjadi barang jadi hingga barang terjual, pada tahun 2004 membutuhkan waktu 1389 hari. Dari tahun 2004-2006, perusahaan terus mengalami kemunduran periode konversi persediaan. Pada tahun 2005 membutuhkan waktu 1425 hari dan 2006 membutuhkan waktu 1700 hari. Tetapi pada tahun 2007 dan 2008 mengalami kenaikan periode konversi persediaan yaitu 2007 membutuhkan waktu 772 hari dan 2008 membutuhkan waktu 740 hari.
- Periode Penerimaan Piutang (receivables conversion period)
Periode ini merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi piutang perusahaan menjadi kas, yaitu untuk menerima kas setelah terjadi penjualan. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dilihat pada tahun 2004, periode penerimaan piutang 540 hari. Pada tahun 2005 mengalami kemunduran dengan periode penerimaan piutang 638 hari, pada tahun 2006-2008 mengalami perbaikan menjadi 602 hari pada tahun 2006, tahun 2007 menjadi 353 hari, dan tahun 2008 menjadi 197 hari. Semakin singkat periode penerimaan piutang maka semakin kecil pula nominal cash conversion cycle yang berarti semakin besar pula dana yang dapat digunakan untuk mendanai biaya operasional perusahaan.
- Periode Penangguhan Hutang ( Payables Deferral Period)
Periode ini merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk membeli bahan baku dan pembayaran tenaga kerja. Dari perhitungan yang sudah dibuat, pada tahun 2004 periode penangguhan utang selama 367 hari. Pada tahun 2005 meningkat menjadi 701 hari, pada tahun 2006 mengalami penurunan menjadi 566 hari. Tetapi pada tahun 2007 dan 2008 mengalami penaikan yaitu pada tahun 2007 selama 761 hari dan tahun 2008 selama 841 hari. Semakin besar periode penangguhan hutang, maka semakin baik bagi perusahaan.
- Cash Conversion Cycle (CCC)
Berdasarkan perhitungan, maka CCC yang terbaik terjadi pada tahun 2008 yaitu 96 hari, karena semakin kecil CCC, maka semakin baik perusahaan tersebut. Karena tujuan perusahaan adalah mempersingkat siklus konversi kas secepat mungkin tanpat mengganggu operasi. Semakin tinggi CCC, maka akan meningkatkan biaya pendanaan eksternal.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan mengenai struktur modal dengan nilai perusahaan maka di dapat kesimpulan bahwa nilai perusahaan dengan struktur modal memiliki kaitan atau tidak tergantung berdasarkan teori yang mendasarinya.
- Menurut “Model Modigliani-Miller (MM) Tanpa Pajak”, nilai perusahaan tidak ada hubungannya dengan struktur modal, karena nilai perusahaan bergantung pada kegiatan operasi perusahaan, bukan pada darimana uang untuk melakukan kegiatan operasi diperoleh.
- Menurut “Model Modigliani-Miller (MM) Dengan Pajak”, nilai perusahaan terpengaruh dari pengambilan keputusan dalam struktur modal perusahaan. Pengambilan keputusan untuk berhutang akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bungan hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak.
- Menurut “Teori Agency Costs”, nilai perusahaan akan mengalami penurunan ketika perusahaan mengambil keputusan struktur modal untuk berhutang dalam jumlah yang besar dan terus-menerus, seperti yang dilakukan oleh PT Primarindo Asia Infrastruktur Tbk.
- Menurut “Teori Signaling Effects (Teori Informasi Tidak Simetris)”, nilai perusahaan akan terpengaruh terhadap pengambilan keputusan struktur modal yang mungkin hanya manajer yang mengetahui mengenai keputusan tersebut. Sehingga, jika keputusan manajer tersebut menguntungkan, maka nilai perusahaan akan meningkat, sedangkan jika keputusan manajer merugikan maka akan mengurangi nilai perusahaan.
Berdasarkan analisis modal kerja perusahaan maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan pasti terjadi siklus konversi kas, dalam perusahaan PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. tahun 2004-2008, maka periode konversi persediaan yang paling baik terjadi pada tahun 2008 yaitu 740 hari, yang berarti perusahaan ini membutuhkan waktu 740 hari untuk mengkonversikan bahan baku menjadi barang jadi dan kemudian menjual barang tersebut. Periode penerimaan piutang yang paling baik terjadi pada tahun 2008 selama 197 hari, yang berarti rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi piutang perusahaan menjadi kas, dan semakin singkat periode ini akan lebih besar dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Periode penangguhan hutang yang paling baik terjadi pada tahun 2008 selama 841 hari, semakin lama periode ini, maka akan semakin baik bagi perusahaan. CCC yang terbaik terjadi pada tahun 2008 yaitu 96 hari, karena semakin kecil CCC, maka semakin baik perusahaan tersebut. Karena tujuan perusahaan adalah mempersingkat siklus konversi kas secepat mungkin tanpat mengganggu operasi. Dengan demikian, modal kerja yang dimiliki PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. dari tahun 2004-2008 yang paling baik adalah tahun 2008. Hal ini berarti modal kerja perusahaan mengalami peningkatan pada tahun 2008.